Pulau Marore, Pulau Terdepan Bukan Terluar
Kenapa saya bilang
bukan pulau terluar? Pulau yang berbatasan langsung dengan negara Filipina ini
rasanya kurang pantas saja kalo dibilang pulau terluar, itu terkesan mereka
tidak diperhatikan atau tidak jadi bagian negara ini. Karenanya sebutan pulau
terdepan lebih baik untuk menggambarkan posisi mereka sebagai halaman depan
negara ini. Apalagi kalo negara tetangga mau merusak keutuhan negara kita
tentulah akan segan kalau lihat pulau terdepannya saja kita jaga. Pulau yang
berada di Provinsi Sulawesi Utara ini masuk pulau terdepan sama seperti Pulau
Miangas.
Pusat pemerintahan di
Kecamatan Marore ini ada di Kabupaten Sangihe dengan Tahuna sebagai ibu kotanya.
Jaraknya lumayan jauh sekitar 87 mil, kalo mau di jadiin km itung sendiri
ajalah. Waktu tempuh menggunakan kapal perintis bisa sampai 5-8 jam, kenapa
lama ya? Yaa itu karena kapal perintis melayani semua pulau di sekitar sini
jadi ya mampir mampirlah tuh kapal, kalo bahasa angkotnya ngetem.
Nah sedangkan untuk
menuju ke Pulau Sarangani di Filipina hanya membutuhkan waktu 2-4 jam, jaraknya
pun hanya 40 mil. Pulau yang tidak terlalu besar ini dihuni sekitar 600 jiwa
dengan 130 kepala keluarga. Warga di sini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan
dan berkebun seperti kelapa, buah pala dan cengkih. Kebayangkan gimana keadaan
disini, mereka harus mempertahannya pulau ini dengan godaan produk produk di Filipina
yg lebih mudah di dapat.
Namun yang saya salut
kepada warga disini masih menggunakan produk Indonesia, terlebih untuk
kebutuhan pokoknya. Seperti sayur masih diperoleh dari Manado dengan menaiki
kapal perintis yang hanya 2 minggu sekali datangnya, pastinya harganya pun
melambung tinggi. Sedangkan untuk kebutuhan seperti telur, beras, mie sudah bisa
di dapat di pulau Sangihe. Soal ikan nah jangan ditanya disini banyak ikannya
gede murah pula. Dan sering di olah menjadi ikan asin.
Mungkin karna
keseringan makan ikan asin itu jadi penyakit yang sering muncul darah tinggi
(hypertensi) kebanyakan makan garam si. Disini juga banyak yang sakit katarak,
yang disebabkan pantulan sinar matahari langsung yang memantul mengenai mata,
untuk lebih jelasnya lagi si coba tanya dokter mata aja kenapa bisa kaya gitu.
Di sini ada satu
Puskesmas untuk melayani tiga desa yaitu Marore, Kawio dan Matutuang. Terdapat
satu dokter umum yang bernama dr. Fransisca atau panggilan akrabnya Nodok (Nona
dokter) karena belom menikah jadi dipanggil Nona, ayoo siapa yang mau jadi
suaminya Nodok.
Yang pasti pulau ini
indah dengan ombak besar dari Samudra Pasifik, dan air birunya itu loh belom
saya temukan di tempat lain. Ini hasil yang saya dapat ketika di Pulau Marore.
Pantai di dekat dermaga Pulau Marore
Pemandangan dari mercusuar, jika cerah dari sini bisa terlihat Pulau Sarangani di Filipina
Karena dermaganya tidak memungkinkan untuk kapal besar sandar, jadi menggunakan LCU
Banyak benda benda berserakan itu bukan sampah, tapi karang dan bebatuan yang terbawa ombak
0 komentar: