Keindahan Pulau Banggai Laut di Sore Hari

11.47 Unknown 3 Comments

Sore itu (23/09/2015) adalah hari terakhir kami mengeksplor keindahan Pulau Banggai Laut, tepat sehari sebelum perjalanan kami pulang menuju Surabaya. Besoknya setelah merayakan Idul Adha dan melakukan Sholat Jum'at, kami harus sudah siap di kapal. Kami hanya memiliki dua pilihan tetap dikapal tanpa mencoba menjelajah Pulau Banggai atau mencari pinjaman kendaraan dan mengelilingi pulau ini. Ketika saya melihat keluar jendela ada motor milik crew KRI dr. Soeharso terparkir di Dermaga.
Singkat cerita kami memperoleh pinjaman motor. Bermodal sikap ramah, dan tampang melas untuk bertanya pantai yang bagus dipulau ini. Mulailah perjalanan kami, selama sejam lebih kami mengendarai motor sampailah di pantai pertama namanya si Pantai Pasir Putih tapi pasirnya coklat walau begitu tetep indah kok dengan air agak hijau seperti danau.
Karena tujuan kami ke pantai yang pasir putih. Yang harusnya kita bisa main air dulu jadi harus diurungkan untuk mengejar waktu memburu pantai itu. Lambangan Pauno itu nama pantainya. Kira-kira setengah jam dari pantai pertama.
Kami lanjutkanlah perjalanan. Jam menunjukan pukul 5 sore sampai di Lambangan Pauno sekitar setengah 6 sore. Jangan sampai malam dijalan soalnya melewati hutan, bukit dan sepi pula.
Setelah banyak bertanya dijalan akhirnya sampailah. Sebelum jam setengah 6 kami sudah sampai. Benar-benar pantai yang tak banyak orang tau kesananya harus turun sedikit bukit dulu. Puaslah rasanya bisa kesini. Belom tentu bisa ketempat ini lagi.

Rhoman D. Febrianto

3 komentar:

Menikmati Ikan Khas Boalemo di Pangkalan TNI Angkatan Laut Tilamuta

01.58 Unknown 3 Comments

Posal Tilamuta
Pangkalan TNI Angkatan Laut Tilamuta (Posal) yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Posal yang kami kunjungi berada di Tilamuta , Boalemo Gorontalo. Pos yang berukuran sekitar 10x50 meter ini kami gunakan untuk memasak ikan bakar, sup ikan dan masakan ikan yang lain.

Awalnya si saya dan Fauziah diajak Lettu Efendi ke Posal tapi sesampainya disana, Pak Efendi tidak mau masuk dengan alasan terlalu banyak orang. Dan dia menyuruh kami kesana, dengan rasa penasaran ya kesanalah kita dan tanya-tanya.

Kami melihat aktifitas Bapak-bapak TNI AL membeli ikan dari nelayan yang berada didepan Posal dan langsung memasak. Mungkin kita datang diwaktu yang tepat. Ada ikan baronang dan mubara yang masih segar. Dengan tangan cekatan mereka memasak berbagai menu, yang pasti serba ikan. Ohiya ada cuminya juga, besar juga cuminya. Fauziah yang hatinya tersentuh karena bapak bapak semua yang masak akhirnya ikut membatu bikin sambal.


Makanan siappppp..

Setelah semua selesai, waktunya penghancuran (bahasa yang digunakan Bapak tentara untuk makan). Saya keluar sebentar untuk mengajak makan Pak Efendi yang tadi katanya nunggu diwarung, tapi dia menghilang begitu saja. Yasudah kamu makan dulu. Mohon ijin makan..

Sehabis makan Posal dapat kunjungan dari adek-adek SMP. Lebih tepatnya bukan kunjungan si, mereka ingin melihat kapal perintis yang ada didepan Posal. Karena masih ada stok biskuit anak sekolah dibagikanlah kemereka. Biasalah anak anak kalo dibagiin pada rebutan. Setelah mereka mengajak foto Bapak-bapak TNI ada yang bilang mau minta nomer saya.

"Pak, mau minta nomer kakak yang itu", sambil menujuk saya.
Dipanggilah saya.
"Man, ada yang minta nomornya nih". Saya kasih sajalah biar mereka senang. Abis minta nomer minta selfie juga. Dasar bocah...

Setelah selesai semua kami kembali ke KRI dr. Soeharso. Kami pamit dengan Bapak-bapak disana dan bilang makasih sambelnya pedes banget. Kami pulang naik truk bersama anggota kapal yang lain. Mohon ijin pamit pak.

Ohiya 'mohon ijin' itu biasanya di gunakan junior tentara disini untuk menghormati seniornya. Jadi kalo ada junior bicara dengan seniornya segala sesuatu pasti ada kata-kata 'mohon ijin'. Sampai sekilas kami sebagai warga sipil mendengarnya 'om jin'.


Rhoman D. Febrianto

3 komentar:

Pulau Marore, Pulau Terdepan Bukan Terluar

18.02 Unknown 0 Comments

Kenapa saya bilang bukan pulau terluar? Pulau yang berbatasan langsung dengan negara Filipina ini rasanya kurang pantas saja kalo dibilang pulau terluar, itu terkesan mereka tidak diperhatikan atau tidak jadi bagian negara ini. Karenanya sebutan pulau terdepan lebih baik untuk menggambarkan posisi mereka sebagai halaman depan negara ini. Apalagi kalo negara tetangga mau merusak keutuhan negara kita tentulah akan segan kalau lihat pulau terdepannya saja kita jaga. Pulau yang berada di Provinsi Sulawesi Utara ini masuk pulau terdepan sama seperti Pulau Miangas.

Pusat pemerintahan di Kecamatan Marore ini ada di Kabupaten Sangihe dengan Tahuna sebagai ibu kotanya. Jaraknya lumayan jauh sekitar 87 mil, kalo mau di jadiin km itung sendiri ajalah. Waktu tempuh menggunakan kapal perintis bisa sampai 5-8 jam, kenapa lama ya? Yaa itu karena kapal perintis melayani semua pulau di sekitar sini jadi ya mampir mampirlah tuh kapal, kalo bahasa angkotnya ngetem.

Nah sedangkan untuk menuju ke Pulau Sarangani di Filipina hanya membutuhkan waktu 2-4 jam, jaraknya pun hanya 40 mil. Pulau yang tidak terlalu besar ini dihuni sekitar 600 jiwa dengan 130 kepala keluarga. Warga di sini kebanyakan berprofesi sebagai nelayan dan berkebun seperti kelapa, buah pala dan cengkih. Kebayangkan gimana keadaan disini, mereka harus mempertahannya pulau ini dengan godaan produk produk di Filipina yg lebih mudah di dapat.

Namun yang saya salut kepada warga disini masih menggunakan produk Indonesia, terlebih untuk kebutuhan pokoknya. Seperti sayur masih diperoleh dari Manado dengan menaiki kapal perintis yang hanya 2 minggu sekali datangnya, pastinya harganya pun melambung tinggi. Sedangkan untuk kebutuhan seperti telur, beras, mie sudah bisa di dapat di pulau Sangihe. Soal ikan nah jangan ditanya disini banyak ikannya gede murah pula. Dan sering di olah menjadi ikan asin.

Mungkin karna keseringan makan ikan asin itu jadi penyakit yang sering muncul darah tinggi (hypertensi) kebanyakan makan garam si. Disini juga banyak yang sakit katarak, yang disebabkan pantulan sinar matahari langsung yang memantul mengenai mata, untuk lebih jelasnya lagi si coba tanya dokter mata aja kenapa bisa kaya gitu.

Di sini ada satu Puskesmas untuk melayani tiga desa yaitu Marore, Kawio dan Matutuang. Terdapat satu dokter umum yang bernama dr. Fransisca atau panggilan akrabnya Nodok (Nona dokter) karena belom menikah jadi dipanggil Nona, ayoo siapa yang mau jadi suaminya Nodok.

Yang pasti pulau ini indah dengan ombak besar dari Samudra Pasifik, dan air birunya itu loh belom saya temukan di tempat lain. Ini hasil yang saya dapat ketika di Pulau Marore.
Pantai di dekat dermaga Pulau Marore
Pemandangan dari mercusuar, jika cerah dari sini bisa terlihat Pulau Sarangani di Filipina
Karena dermaganya tidak memungkinkan untuk kapal besar sandar, jadi menggunakan LCU
Banyak benda benda berserakan itu bukan sampah, tapi karang dan bebatuan yang terbawa ombak



0 komentar:

Kota Nibangun, Dusun Kecil di Pinggir Pantai

17.59 Unknown 0 Comments

Berada di Desa Ginunggung  Kecamatan Galang Kabupaten Toli-toli. Dusun ini tepat berada di pinggir pantai.Dibangun dari bantuan Kementerian Sosial pada tahun 2013. Yang dibangun secara gotong royong oleh warga setempat.  Dihuni sekitar 147 jiwa dengan 31 kepala keluarga yang tercatat di pemerintah, karena bahan bangunan yang diberikan masih tersisa jadi dibuatlah 6 rumah lagi. Totalnya menjadi 37 kepala keluarga.
Ini kondisi Dusun Kotani Bangun
Penduduk yang tinggal di dusun ini berasal dari warga korban bencana alam angin puyuh di Desa Ginunggung yang berada di pegununggan dan warga dari bantaran sungai yang rawan banjir. Dari berbagai suku, seperti jawa, bugis dan buwol (suku asli Toil-toli), akhirnya mereka semua di kumpulkan di dusun ini.
Maaf ya dek, kakak belom bisa bantu dusun kalian
Saya berkesempatan bertanya-tanya dengan Kepala Desa Ginunggung yang bernama H. Anwar Irawan. Yang sudah menjabat dua periode menjadi Kepala Desa Ginunggung. Mungkin karena disini minat menjadi Kepala Desan kurang bahkan sering tanpa saingan. Kalo di Pulau Jawa si pada rebutan. Menurut beliau dinamakan Kota Nibangun berarti kota yang keras terbangun. Jadi harapan beliau kekerasan kepala warganya itu diajak untuk membangun dusun.
Prasasti pembuatan masjid
Peresmian masjid yang direnovasi
Dengan adanya bantuan dari  TNI AL untuk revovasi Masjid Al-Hijrah dan pembuatan sumur air tawar sangat membantu warga disini. Mereka yang masih mengandalkan air bersih dari truk bantuan dari Dinas Sosial membawa 5000 liter air per hari. Untuk dana operasional truk maka warga yang ingin menggunakan air bersih diwajibkan membayar 1000 rupiah per liter. Sedangkan sumur yang baru dibangun dipergunakan untuk cadangan air tawar, waktu saya coba si airnya masih terasa asin. Untuk listrik masih mengandalkan dari genset milik pribadi, yang dana operasionalnya diperoleh dari iuran warga.

Ketika air pasang beberapa rumah yang dekat dengan pantai tergenang air, jadi kalau malam mau keluar rumah harus basah-basahan. Tingginya hampir satu meter lebih. Saat ini sedang dilakukan pembibitan pohon bakau untuk mencegah air pasang dan abrasi pantai. Bapak-bapak dari TNI AL juga ikut membantu pembangunan beton untuk penghalang air laut. Saya turun prihatin melihan kondisi disini yang serba kekurangan. Mereka masih membutuhkan banyak bantuan. Tapi apa daya saya belum bisa memberi apa-apa untuk mereka.
Rumah berwarna biru tersusun rapi

Padahal menurut H. Anwar Irawan dusun ini akan di jadikan objek wisata, yang terdapat beberapa Cottage yang langsung menghadap laut dan taman pohon bakau. Rumah yang tersusun rapi dengan cat berwarna biru menurut beliau karena menurut filosofi biru itu adalah warna kehidupan. Semoga warna itu membuat warga disini bisa hidup lebih baik lagi.

0 komentar:

KRI dr. Soeharso, Kapal Rumah Sakit Satu Satunya RI

06.34 Unknown 0 Comments

KRI dr. Soeharso bermarkas dibawah Komando Armada RI kawasan Timur di Surabaya. Daerah pengoprasian kapal ini lebih ke wilayah timur Indonesia namun tidak menutup kemungkinan untuk beroperasi ke wilayah barat sesuai perintah menteri. Sebelumnya ada kapal juga untuk mengobati pasien namun tidak khusus untuk rumah sakit. Sebenarnya ini awalnya kapal perang tapi sejak jadi kapal Rumah Sakit hanya dibekali senjata ringan saja, awalnya ada meriam besar dibagian depan kapal tapi sekarang sudah dilepas.

Senjata ringan di bagian anjungan.
Menurut Bintara Utama Serda Bah Ponijan, KRI dr. Soeharso merupakan kapal buatan Korea Selatan dan di resmikan sebagai KRI pada tanggal 1 September 2003 di Busan, Korea Selatan. Sebelum menjadi KRI dr. Soeharso bernama KRI Tanjung Dal Pele, Dal Pele sendiri adalah nama tanjung di daerah Papua. Untuk panjang kapal 122 meter , lebarnya 22 meter, sedangkan tingginya 25,5 meter.
Wawancara Kolonel Laut (K) dr. Agus Guntoro Sp. BS dan Kolonel Laut (P) Soetarmono,M,Si (HA)

“Personel kapal KRI dr. Soeharso sendiri hanya 115 orang dan satuan tugas hanya membantu dalam misi Surya Bhaskara Jaya ini. Ada empat bagian tugas dalam  KRI dr. Soeharso yaitu anjungan & navigasi, mesin, logistik dan perawatan kapal ”. Lanjut Serda Bah Ponijan 


Menurut penjelasan dari Wadan Satgas SBJ Kolonel Laut (K) dr. Agus Guntoro Sp. BS, fasilitas kesehatan yang berada di kapal perang rumah sakit KRI dr. Soeharso seperti fasilitas ICU, tujuh kamar operasi, ruang obat (Apotek), IGD, poli umum, poli mata, poli gigi serta unit kesehatan lainnya yang berada di deck C. Untuk melayani pengobatan umum dan segala macam operasi minor maupun mayor. Untuk operasi minor sendiri dapat dilakukan di darat yang tidak membutuhkan bius total dan perawatan lebih, namun untuk operasi mayor harus dilakukan dalam kapal karena fasilitan dikapal lebih lengkap dan bisa langsung dirawat jika kondisi tidak memungkinkan.

Menurut Komandan kapal KRI dr. Soeharso Letkol Laut (P) Ashari Alamsyah, untuk kebutuhan air minum dalam KRI dr. Soeharso didapat dari isi ulang ketika di darat dan menggunakan air laut, sistem penggunaan pun dibagi dua dalam proses , penyulingan dan penyaringan. Per hari membutuhkan 20 ton air tawar. Sedangkan untuk bahan bakar yang di butuhkan kapal ini, untuk menghidupkan segalan mesin seperti motor penggerak mesin, motor pembatu seperti genset, pompa air dan listrik. Membutuhkan 34 ton solar per hari. Coba bayangkan saja berapa jumlah biaya yang di keluarkan untuk menjalankan satu buah kapal sebesar ini.




0 komentar: